Oleh: Khoeridinia, Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga, Anggota UKM Sahabat Literasi IAI Cirebon

 

Dari dulu, aku suka banget sama sejarah, meski banyak yang bilang sejarah ditulis oleh pemenang. Memang, secara logika bisa dikatakan iya. Namun sejarah bisa dikatakan konkrit kan dilihat dari bukti sejarahnya.

Saking sukanya, aku sampai menggali informasi dari berbagai sumber terkait sejarah. Tidak hanya mendengar dari guru, tapi juga menggali dari banyak sumber. Misalnya saja, dulu ketika aku menemukan sebuah postingan di aplikasi media sosial yang judulnya menarik minatku, butterfly effect dalam sejarah.

Aku tertarik, selain karena membahas tentang sejarah ada kalimat baru yang menarik yakni butterfly effect, saat itu aku berpikir apakah butterfly effect itu seperti yang orang bilang “kalau jatuh cinta, terus ketemu atau berinteraksi dengan pujaan hati, pasti seperti ada kupu-kupu yang berterbangan dalam diri.”

Tapi ketika dilihat postingan tersebut yang juga meng-upload gambar Spongebob episode kupu-kupu yang membikin heboh warga Bikini Bottom, semakin tertariklah aku untuk membacanya.

Secara singkat, butterfly effect ternyata sebuah teori yang menyatakan bahwa suatu hal yang kecil dapat menyebabkan dampak yang besar di kemudian hari. Menarik bukan? Di episode Spongebob itu pun memperlihatkan seekor ulat peliharaan Sandy yang berubah menjadi kupu-kupu membuat warga Bikini Bottom ketakutan. Dan, kota Bikini Bottom hancur berantakan karena warganya yang menganggap kupu-kupu itu adalah monster. Banyak orang bilang, episode Spongebob Squarepants yang “wormy” adalah membahas terkait butterfly effect itu.

Dalam sejarah, ternyata sudah banyak catatan yang mengaitkan sebuah peristiwa pada masa lampau terjadi karena hal kecil, seperti contoh pecahnya perang dunia kesatu disebabkan supir yang membawa Franz Ferdinand dan istrinya Shopie salah belok sehingga Franz Ferdinand dan istrinya tewas ditembak pemuda Serbia. Hal itu menyebabkan pecahnya perang dunia kesatu.

Atau pada perang dunia kedua, Adolf Hitler sebelum menjadi diktaktor, ia merupakan orang yang sangat menyukai seni. Namun nahas, dia sudah ditolak dua kali dari sekolah akademi senirupa. Setelah ditolak dua kali, Hitler kemudian Banting setir ke dunia Militer dan menjadi pemimpin Partai Nazi yang kemudian menyebabkan pembantaian massal kaum Yahudi. Banyak jokes yang bilang “andai Hitler tidak ditolak oleh sekolah seni, mungkin perang dunia tidak bakal terjadi.”

Mungkin, jokes itu sudah tidak asing lagi bagi pembaca. Sepele bukan? Hanya karena ditolak di sekolah seni, seseorang bisa berakhir menewaskan banyak nyawa.

Terkadang, hal-hal kecil justru menyebabkan sesuatu yang besar di kemudian hari.

Setelah membaca ini, bagaimana menurut kalian? Apakah kalian punya pengalaman butterfly effect yang sangat membekas? Apakah kalian juga sangat menyukai sejarah? Atau bahkan kalian juga masih sering nonton Spongebob sampai sekarang?